Nabi Musa membawa Bani Israil pada malam hari dan berangkatlah Musa
bersama Bani Israil ke arah laut, mereka berjalan kaki ke sana, namun
berita kepergian Nabi Musa dan Bani Isaril ternyata diketahui Fir’aun,
maka Fir’aun marah besar dan mengirim orang untuk mengumpulkan
(tentaranya) ke kota-kota. Fir’aun berkata, “Sesungguhnya mereka (Bani
Israil) benar-benar golongan kecil. Dan sesungguhnya mereka membuat
hal-hal yang menimbulkan amarah kita. Dan sesungguhnya kita benar-benar
golongan yang selalu waspada.”
Maka keluarlah Fir’aun dan kaumnya dalam jumlah besar untuk mengejar
Nabi Musa dan Bani Israil, hingga akhirnya Fir’aun dan bala tentaranya
dapat menyusul mereka di waktu matahari terbit. Kedua golongan itu pun
saling melihat, dan saat itu pengikut-pengikut Musa berkata,
“Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” Tetapi Musa menenangkan
mereka dan mengingatkan mereka, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’ala akan menolong mereka, Beliau berkata, “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
Penenggelaman Fir’aun
Selanjutnya, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukul tongkatnya
ke laut, maka dengan izin Allah laut pun terbelah, dimana setiap
belahan seperti gunung yang besar (QS. Asy Syu’araa: 52-63). Ketika
itulah, Bani Israil segera melintasi laut hingga sampai di seberang,
sedangkan Fir’aun berada di tepi sebelumnya, dan ketika Fir’aun melihat
jalan-jalan di tengah laut senantiasa terbuka, maka ia bersama
tentaranya pun melewati jalan itu untuk mengejar Bani Israil. Dan ketika
mereka telah sampai di tengah laut, maka laut pun kembali seperti biasa
sehingga mereka semua tenggelam. Dan saat Fir’aun telah merasakan
dirinya akan tenggelam, ia pun berusaha menyelamatkan dirinya dengan
berkata, “Saya percaya bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah
melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (Lihat Yunus: 90)
Akan tetapi, saat untuk bertaubat tidak lagi berguna karena nyawa telah sampai di tenggorokan.
Setelah Fir’aun menghebuskan nafasnya, maka ombak laut membawa
jasadnya dan melemparnya ke pinggir pantai agar dilihat oleh orang-orang
Mesir, agar menjadi pelajaran bagi mereka, bahwa orang yang mereka
sembah selama ini serta mereka taati tidak mampu menolak kematian
sedikit pun dari dirinya serta menjadi pelajaran bagi setiap orang yang
sombong lagi kejam.
Penenggalaman Fir’aun ini terjadi pada hari Asyura (10 Muharram). Ibnu Abbas berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, sedangkan orang-orang Yahudi melakukan puasa pada hari Asyura, lalu Beliau bertanya, “Hari apa yang kalian berpuasa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah hari dimana Musa pernah mengalahkan Fir’aun.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (kepada para sahabat), “Kalian lebih berhak dengan Nabi Musa daripada mereka, maka berpuasalah.” (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i dalam Al Kubra, Ibnu Majah, dan lain-lain).
Setelah Bani Israil melintasi lautan, maka mereka berjalan ke negeri
yang suci (Palestina), namun di tengah perjalanan, mereka melihat
orang-orang yang menyembah patung, lalu mereka meminta kepada Nabi Musa ‘alaihissalam agar mengadakan buat mereka sesembahan seperti yang mereka miliki, maka Nabi Musa berkata, “Sesungguhnya
kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)”–
Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan
akan batal apa yang seIalu mereka kerjakan.” (QS. Al A’raaf: 138-139)
Nabi Musa juga berkata, “Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu
selain Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat
(pada masa itu).” (QS. Al A’raaf: 140)
Beberapa Nikmat Allah kepada Bani Israil
Nabi Musa ‘alaihissalam pun melanjutkan perjalanannya di
bawah terik matahari yang menyengat wajah mereka, hingga akhirnya mereka
mengadukan masalah itu kepada Beliau, maka Allah menundukkan untuk
mereka awan yang berjalan di atas mereka yang mengikuti perjalanan
mereka sehingga mereka tidak merasa kepanasan. Dan pada saat mereka
kehausan, Allah mewahyukan kepada Nabi Musa ‘alaihissalam agar
Beliau memukulkan tongkat yang dibawanya itu ke batu, maka terpancarlah
daripadanya dua belas mata air sesuai dengan jumlah suku Bani Israil
yang bersamanya sehingga Nabi Musa ‘alaihissalam menjadikan untuk setiap suku satu mata air.
Dan ketika mereka kelaparan, mereka juga diberi nikmat oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala,
Dia berikan untuk mereka Manna (makanan yang manis seperti madu) dan
Salwa (daging burung seperti burung puyuh), maka mereka memakannya, akan
tetapi mereka cepat bosan terhadap makanan itu sehingga mereka
mendatangi Nabi Musa ‘alaihissalam mengeluhkan makanan itu,
mereka berkata, “Wahai Musa, Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu
macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhanmu,
agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu
sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang
merahnya.”
Maka Nabi Musa berkata, “Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai
pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu
memperoleh apa yang kamu minta.” Yakni Permintaanmu ini bukanlah perkara
sulit, bahkan makanan itu banyak di kota mana pun, yang jika kamu
mendatangi tentu kamu akan menemukannya. (Lihat Al Baqarah: 61).
SUMBER : http://kisahmuslim.com/kisah-nabi-musa-dan-harun-alaihimasssalam-bag-3/
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan silahkan berkomentar..
semoga bermanfaat