Jumat, 14 Juni 2013

Kisah dan ta'aruf Mush'ab bin umair

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Mush'ab bin Umair adalah salah satu diantara para sahabat Rasulullah Saw. Beliau adalah seorang pemuda Quraisy yang paling tampan dengan jiwa dan semangat kepahlawanan. Para muarrikh dan ahli riwayat menggambarkan tentang Mush'ab bin Umair dengan kalimat: "Seorang warga kota Mekkah yang mempunyai nama paling harum."
Mush'ab bin Umair lahir dan dibesarkan dalam kesenangan dunia dan hidup serba berkecukupan, seorang pemuda yang sangat dimanjakan oleh ibunya, menjadi buah bibir gadis-gadis Mekkah dan menjadi idola ditempat-tempat pertemuan. Mush'ab bin Umair atau Mush'ab yang baik adalah salah satu diantara sosok seorang mukmin yang ditempa dan dididik oleh Rasulullah Saw, ketika beliau menyatakan keIslaman dan keimanannya kepada Allah Swt dan Nabi Muhammada Saw.
Pada suatu hari Mush'ab bin Umair mendengar berita yang telah tersebar luas dikalangan penduduk Mekkah mengenai seorang yang mengatakan bahwa dirinya seorang Nabi dan Rasul Allah yang diutus sebagai pemberita gembira dan duka kepada seluruh manusia, yaitu Muhammad Al-Amin serta mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah Swt yang telah menciptakan dan kuasa atas segala sesuatu. Maka Mush'ab bin Umair selalu mendengar berita tersebut. Walau umurnya masih terbilang muda, tetapi ia menjadi bunga majelis tempat-tempat pertemuan yang selalu diharapkan kehadirannya. Seorang pemuda yang tampan dan memiliki otak yang cerdas merupakan keistimewaan Mush'ab bin Umair. Sebagai sosok pemuda yang diandalkan dan pembuka jalan setiap ada permasalahan.
Di antara berita yang beliau dengar adalah bahwa Rasulullah saw biasa mengadakan pertemuan disuatu tempat yang tersembunyi dan menghindari segala macam ancaman dan bahaya dari kaum Quraisy, yaitu di bukit Shafa dirumah Arqam bin Abil Arqam. Keraguan Mush'ab bin Umair hanya sebentar. Maka pada suatu hari menjelang sore dengan didorong oleh rasa ingin tahu agama baru (Islam) yang dibawah dan apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada pengikutnya. Dirumah Arqam, Rasulullah saw sering berkumpul dengan para sahabat untuk mengajarkan ayat-ayat Al-Quran. Baru saja Mush'ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat Al-Quran mulai mengalir melalui bibir Rasulullah saw yang menyentuh setiap yang mendengar, tak kecuali Mush'ab bin Umair. Beliau pun terpesona dan ayat-ayat Al-Quran seolah-olah masuk kedalam hatinya. Hampir saja Mush'ab terangkat dari tempat duduknya karena rasa haru, dan serasa terbang ia karena gembira. Tetapi Rasulullah kemudian mengulurkan tangannya yang penuh berkah dan kasih sayang dan mengurut dada Mush'ab yang sedang panas, sehingga tiba-tiba menjadi sebuah hati yang tenang, seperti lautan teduh dan dalam. Akhirnya Mush'ab memilih Islam sebagai agama barunya serta meninggalkan berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya, kesenangan dan kehidupan yang mewah, bahkan orang yang ia cintai pun, yaitu ibunya sendiri dia tinggalkan.
Khunas bin Malik adalah nama ibu Mush'ab, seorang wanita yang memiliki kepribadian kuat dan pendiriannya tidak dapat ditawar atau diganggu gugat, dan disegani bahkan ditakuti. Ketika Mush'ab memeluk Islam, tiada satupun kekuatan yang ia takuti, kecuali ibunya sendiri. Tantangan dari ibunya tidak bisa dianggap enteng. Ia segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan ke Islamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah. Demikianlah Mush'ab sering bolak-balik ke rumah Arqam untuk menghadiri majelis Rasulullah, walaupun suatu saat nanti ibunya pasti tahu bahwa dia telah memeluk Islam dan akan murka kepadanya.
Suatu hari ada orang yang bernama Usman bin Thalhah melihat Mush'ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi-sembunyi. Kemudian di waktu yang lain dilihatnya pula Mush'ab shalat seperti Rasulullah. Dengan cepat ia segera melaporkan kepada ibu Mush'ab tentang apa yang dilihatnya dan dijamin kebenarannya. Berdirilah Mush'ab dihadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Mekkah yang berkumpul dirumahnya. Dengan hati yang yakin, Mush'ab membacakan ayat-ayat Al-Quran yang disampaikan Nabi Muhammad Saw. untuk mencuci hati mereka, mengisinya dengan keimanan dan ketakwaan. Ketika ibunya hendak membungkam mulut puteranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagai anak panah itu surut dan jatuh terkulai demi melihat nur yang membuat wajah yang telah berseri-seri itu mendorong dihentikannya tindakan ibunya. Karena rasa keibuan, ibu Mush'ab terhindar dari memukul anaknya, tetapi tak dapat menahan diri dari tuntutan dalam membela berhala-berhalanya dengan jalan lain.
Dibawalah puteranya itu ke suatu tempat terpencil dirumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya dengan amat rapat. Demikianlah beberapa lama Mush'ab tinggal dalam kurungan sampai saat beberapa orang muslimin hijrah ke Habsyi. Mendengar berita hijrah ini Mush'ab pun mencari muslihat dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya, lalu pergi ke Habsyi . Ia tinggal disana bersama saudaranya kaum Muhajirin, lalu pulang ke Mekkah, kemudian pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para sahabat atas perintah Rasulullah dan karena taat kepadanya.
Mush'ab ketika tinggal di Habsyi dan Mekkah mendapat ujian dan penderitaan yang harus dilalui olehnya, namun ia berhasil menempa corak kehidupannya menurut pola yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Ia merasa puas bahwa kehidupannya telah layak untuk dipersembahkan kepada Allah Swt.

Pada suatu hari Mush'ab tampil di hadapan beberapa orang Muslimin yang sedang duduk sekeliling Rasulullah Saw. Mereka memandang Mush'ab dengan menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka sedih karena melihat Mush'ab memakai jubah usang yang bertambal-tambal, padahal sebelum ia masuk Islam adalah seorang pemuda yang tak obahnya seperti kembang dengan pakaian berwarna-warni dan menyebarkan bau yang harum. Tetapi Rasulullah Saw. menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta dan syukur di dalam hati, diselah bibirnya tersemat senyuman bahagia, seraya bersabda:
"Dahulu saya lihat Mush'ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya. Kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya."
Semenjak ibunya merasa putus asa untuk mengembalikan Mush'ab kepada agama yang lama, ia telah menghentikan segala pemberian yang biasa dilimpahkan kepadanya, bahkan ia tak sudi makanannya dimakan oleh orang yang telah mengingkari berhala dan patut mendapat kutukan daripadanya, walau anak kandungnya sendiri. Akhirnya pertemuan Mush'ab dengan ibunya, ketika perempuan itu hendak mengurungnya lagi sewaktu ia pulang dari Habsyi. Ia pun bersumpah dan menyatakan tekadnya untuk membunuh orang-orang suruhan ibunya bila rencana itu dilakukan. Karena mengetahui kebulatan tekad anaknya, ibunya kemudian mengusirnya dengan cucuran air mata. Sementara itu Mush'ab mengucapkan selamat tinggal dengan mengangis pula.
Ketika ibunya mengusir Mush'ab dari rumah sambil berkata, "Pergilah sesuka hatimu! Aku bukan ibumu lagi.' maka Mush'ab pun menghampiri ibunya sambil berkata, "Wahai bunda! Telah aku sampaikan nasihat kepada ibu, dan aku menaruh kasihan kepada ibu. Karena itu saksikanlah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."
Dengan murka dan naik darah ibunya menyahut: "Demi bintang! Sekali-kali aku takkan masuk ke dalam agamamu itu. Otakku bisa jadi rusak, dan buah pikiranku takkan diindahkan orang lagi."
Suatu saat Mush'ab dipilih Rasulullah untuk melakukan suatu tugas penting saat itu. Ia menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah untuk mengajarkan agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan bai'at kepada Rasulullah di bukit 'Aqabah. Disamping itu mengajak orang-orang lain untuk menganut agama Islam, serta mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut "hijratul Rasul" sebagai peristiwa besar. Mush'ab memikul amanah itu dengan bekal karunia Allah kepadanya berupa pikiran yang cerdas dan budi pekerti yang luhur. Dengan sifat zuhud, kejujuran, dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan hati penduduk Madinah hingga mereka berduyun-duyun masuk Islam. Sesampai di Madinah, didapatinya kaum Muslimin disana tidak lebih dari dua belas orang, yakni hanya orang-orang yang telah bai'at di bukit 'Aqabah. Tetapi tiada sampai beberapa bulan kemudian, meningkatlah orang-orang Madinah masuk Islam berkat Mush'ab bin Umair.
Pada musim haji berikuknya dari perjanjian 'Aqabah, kaum Muslimin Madinah mengirim utusan kepada Rasulullah saw. yang dipimpin oleh duta yang dikirim oleh Nabi saw sendiri, yaitu Mush'ab bin Umair. Dengan tindakan yang tepat dan bijaksana, Mush'ab bin Umair telah membuktikan bahwa pilihan Rasulullah saw. atas dirinya itu tepat. Di Madinah Mush'ab tinggal sebagai tamu dirumah As'ad bin Zararah. Dengan didampingi As'ad, ia pergi mengunjungi kabilah-kabilah, rumah-rumah dan tempat-tempat pertemuan untuk membacakan ayat-ayat Allah, menyampaikan kalimat Allah "Bahwa Allah Tuhan Maha Esa" secara hati-hati.
sumber :  http://andimuhammadaliblogs.blogspot.com/2012/04/kisah-mushab-bin-umair_12.html

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan silahkan berkomentar..
semoga bermanfaat

toko Online

Tokoina - Pusat Jual Beli dan Info Peluang Usaha
Hosting Gratis